Cerita Dewasa Wanita Yang Ku Kentot Seharusnya Jadi Istri Keduaku
Galaupoker-Aku tersenyum puas, aku memang nggak egois, biar Erna dulu yang terkulai lemas menikmati klimaksnya, aku bisa menyusul kemudian dan Erna selalu melayaniku dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.
Cerita Dewasa Wanita Yang Ku Kentot Seharusnya Jadi Istri Keduaku |
Situs Judi Poker Online Terpercaya-Kubalikkan tubuhnya, kujilati dengan kulumat lendir-lendir di vaginanya, kujilat, kugigit sayang klitoris dan vaginanya, dia menggelinjang kegelian. Kutelan semua lendir Ernaku, sementara itu penisku masih berdiri tegak.
“Cepat masukin penisnya sayang, Mamah mau bobo nich.., lemas, ngantuk”, kicaunya. Setelah kubersihkan vaginanya dengan handuk kecil, kumasukkan lagi penisku, aduh ternyata lubang vaginanya menyempit kering lagi, menambah nikmat terasa di penisku.
“Mmaahh, eennaak.. Maahh, oogghh, sempit lagi Maahh..” sambil terus kutekan ke atas dan ke bawah penisku.
Aku sedikit mengangkat badanku tanpa mencabut penisku yang terbenam penuh di vagina Erna, kemudian kaki kanan Erna kuangkat ke atas dan aku duduk setengah badan dengan tumpuan kedua dengkulku. Erna memiringkan sedikit badannya dengan posisi kaki kanannya kuangkat ke atas.
Dengan posisi demikian, kusodok terus penisku ke luar dan ke dalam lubang vaginanya yang merah basah. Erna mulai melenguh kembali dan aku semakin bernafsu menusukkan penisku sampai dasar vaginanya. “Oogghh, Maahh, oogghh.. nikmat sekali sayang”, lenguhku sambil memejamkan mataku merasakan kenikmatan vagina Erna yang menyut-menyut dan menyedot-nyedot.
“Paahh.. Mamah enaak lagi, oogghh.. Paahh”, dia mulai melenguh lagi keenakan. Aku semakin bersemangat menusukkan penisku yang semakin tegang dan rasanya air maniku sudah naik ke ujung penisku untuk kusemburkan di dalam kemaluan Erna yang hangat membara.
Bandar Judi Poker Online Terpercaya-Kubalikkan tubuhnya supaya tengkurap dan dengan bertumpu pada kedua dengkulnya aku mau bersenggama dengan doggy style, supaya penisku bisa kutusukkan ke vaginanya dari belakang sambil melihat pinggul dan pantatnya yang putih dan indah. Dalam posisi senggama menungging begitu, aku dan Erna merasakan kenikmatan yang sangat sempurna dan dahsyat. Apalagi aku merasakan lubang vaginanya semakin sempit menjepit batang penisku dan sedotannya semakin menjadi-jadi.
“Paahh.. teruuss genjoott.. Paahh..” Erna mulai mengerang lagi keenakan dan pantatnya semakin mundur maju sehingga lubang vaginanya terlihat jelas melahap semua batang penisku. “Blleess, shhoott.. bleess.. sroott, sreett crreeckk..” gesekan penisku dan vaginanya semakin asyik terdengar bercampur lenguhan yang semakin nyaring dari dua anak manusia yang saling dilanda cinta.
“Maahh, oogghh.. adduuhh, Yaangg.. emghh, Papah enaakk, ooghh!” aku tergoncang-goncang dan dengkulku semakin lemas menahan kenikmatan dan nafsuku yang semakin menggelegak. Sementara itu keringatku semakin bercucuran membasahi kasur meskipun AC cukup dingin di kamar hotel itu.
“Paahh, oogghh, teruuss tusuuk Paahh..” Erna merintih-rintih ke asyikan, kelihatannya akan klimaks lagi. Rupanya Erna nggak mau tahu kalau posisi persetubuhan saat itu akan berakhir 2-1 untuk kemenanganku, dan entah akan menghasilkan skor berapa sampai pagi hari nanti, soalnya mumpung ketemu sebelum dia dikawinkan.
Erna memintaku untuk telentang lagi dan sementara dia berada jongkok di depanku, sehingga vaginanya yang merah basah sampai ke bulu-bulunya terlihat jelas di depan mataku. Aku memberi kode agar Erna mendekatkan vaginanya ke mukaku.
Sesaat kemudian vaginanya sudah ditindihkan di mulutku dan kulumat habis cairan asin bercampur manis yang ada di selangkangan dan mulut vagina dan bulunya. Kujilati habis dan kutelan dalam-dalam. Erna melenguh keasyikan sambil menggoyangkan pinggulnya ke atas ke bawah dan membenamkan vaginanya ke mukaku.
“Paahh.., ooghh, Paahh.., nikmaatt, yaangg.. teruuss, aduuhh.., oogghh, eemmhh, gilaa.., emmhh”, mulai ramai lagi dia dengan lenguhannya yang semakin menambah semangatku untuk terus melumat, menjilat, menggigit-gigit kecil kemaluan dan klitorisnya, lidahku terus menggapai-gapai ke dalam kemaluannya dan sesekali menjilat lubang pantatnya, sehingga dia menggeliat dan melenguh keenakan. Lenguhan Erna kalau sedang senggama itu tak bisa kulupakan sampai saat ini.
Agen Judi Poker Online Terpercaya-Erna adalah isteriku yang sesungguhnya, meskipun secara resmi tidak dapat dilakukan karena keadaan kami masing-masing. Terkadang kami bingung apakah cinta kasih kami akan terus tanpa akhir sampai takdir memisahkan kami berdua? Erna kembali kuminta telentang, karena sudah kebiasaanku kalau aku klimaks harus melihat wajahnya dan mendengar lenguhannya di depan mataku, dan rasanya semua perasaan cintaku dan spermaku tumpah ruah di dalam vaginanya kalau aku ejakulasi sambil berada di atas tubuhnya yang mulus montok, terkadang sambil meremas buah dadanya yang putih padat.
Kumasukkan lagi segera penisku yang sekeras besi dan berwarna coklat mengkilap itu kelubang vaginanya, “Blleess.” Aku sudah tak tahan lagi menahan gumpalan spermaku di ujung penisku. Kugenjot penisku keluar masuk vaginanya sampai ke ujung batang penisku, sehingga rambut kemaluan kami terasa bergesekan membuat semakin geli dan nikmat rasanya. Kuangkat kaki kanan Erna ke atas, sehingga aku semakin mudah dan bernafsu memaju mundurkan pinggulku dan penisku, Erna meringis dan melenguh keenakan.
“Paahh.. teruuss Paahh.. oogghh, penis Papah eaakk.. oogghh, eemmhh.. emmhh.. aduuhh.” Keringat kami semakin bercucuran membasahi sprei, masa bodoh sudah bayar mahal ini. Aku semakin bernafsu menyodok dan menarik batang penisku dari vagina Erna yang semakin licin tapi tetap sempit seperti perawan.
“Ooogghh.. Maahh.. oogghh.. Maahh.. ikut goyang dong Sayaang.., ooghh.. Papaahh maauu keluuaarr..” aku semakin gila saja dibuatnya, keringat semakin bercucuran, nikmat dan nikmat sekali setiap bersetubuh dengan Ernaku sayang.
Air maniku rasanya tinggal menunggu komando saja untuk disemprotkan habis-habisan kelubang vagina Erna. “Paahh, aduuhh, bareng yuu.. Paahh.. Mamah mmoo keluaarr lagi”, Erna minta aku menindihnya dan menciumnya. Segera kutimpa dia dari atas sambil melumat mulut, bibir dan lidahnya.
“Ooogghh.. yuu.. baraeeng.. Paahh.. aiiaaogghh.. aduhh.. yuu Maahh.. Paahh..” badan kami saling meregang, berpelukan erat seakan tak mau lepas lagi. Air maniku kusemprotkan dalam-dalam ke lubang vagina Erna, rasanya nggak ada lagi tersisa. Kami terkulai lemas dalam pelukan hangat dan puas sekali.
Sesekali penisku kutusukan ke dalam vaginanya, Erna menggelinjang geli dan melenguh “Paahh.. udaahh.. Mamahh geli..” matanya terpejam puas. Kuciumi dia, kubersihkan lagi vaginanya dengan jilatan lidah dan mulutku, ketimbang pakai handuk. Vaginanya tetap harum, manis dan wangi laksana melati.
Sepulang dari Singapore, aku dan Erna masih selalu bertemu di beberapa motel di Jakarta dan sekitarnya. Aku seakan tidak rela melepas kekasihku untuk dikawinkan dengan lelaki lain. Tapi memang tidak ada jalan lain, sebab meskipun Erna telah menyatakan keikhlasannya untuk menjadi istri kedua ku, namun aku juga sangat cinta keluarga terutama anak-anakku yang masih butuh perhatian.
Erna sangat maklum hal itu, namun dia juga tidak bisa menolak keinginan orangtuanya untuk segera menikah mengingat hal itu bagi seorang wanita adalah sesuatu yang harus mempunyai kepastian karena usianya yang semakin meningkat. Waktu itu Erna sudah berusia hampir 26 tahun dan untuk wanita seusia itu pantas untuk segera berumah tangga.
Tanpa terasa hari pernikahan Erna sudah tinggal tersisa satu bulan lagi, bahkan undangan pesta pernikahan sudah mulai dicetak, dan dia membeErnahukan aku bahwa resepsi pernikahannya akan diselenggarakan di Balai Kartini. Hatiku semakin merasa kesepian, dari hari ke hari aku semakin sentimentil dan sering marah-marah termasuk kepada Erna.
Aku begitu tak rela dan rasanya merasa cemburu dan dikalahkan oleh seorang laki-laki lain calon suami Erna yang sebenarnya tidak dia cintai. Tapi itulah sebuah kenyataan pahit yang harus kutelan. Itulah adat ketimuran kita, adat leluhur dan moyang kita.
Barangkali kalau aku dan Erna hidup di sebuah negara berkebudayaan barat, hal ini tidak bakalan terjadi, sebab Erna bisa menentukan pilihannya sendiri untuk hidup bahagia bersamaku di sebuah flat tanpa bisik-bisik tetangga dan handai-taulan di sekitar kita.
Tanpa terasa pula aku sudah menjalin cinta dan berhubungan intim dengan Erna hampir empat tahun lamanya, seperti layaknya suami isteri tanpa seorang pun yang mengetahui dan hebatnya Erna tidak sampai mengandung karena kami menggunakan cara kalender yang ketat sehingga kami bersenggama jika Erna dalam keadaan tidak subur.
Pada suatu sore, Erna meneleponku minta diantarkan untuk mengukur gaun pengantinnya di sebuah rumah mode langganannya di kawasan Slipi. Kebetulan aku sedang agak rindu pada dia. Kujemput dia di sebuah toko di Blok M selanjutnya kami meluncur ke arah Semanggi untuk menuju ke Slipi. Di mobil dia agak diam, tidak seperti biasanya.
“Rit, kok tumben nggak bersuara”, kataku memecah hening.
Dia menatap mukaku perlahan, tetap tanpa senyum. Air matanya terlihat samar di pelupuk matanya.
“Mah, kenapa sayang? kok kelihatannya bersedih”, kataku sekali lagi.
Dia tetap menunduk dan air matanya mulai meluncur menetes di tanganku yang sedang mengelus mukanya.
“Bertambah dekat hari pernikahanku, aku bertambah sedih Pah”, ujarnya.
“Mamah membayangkan malam pengantin yang sama sekali tidak Mamah harapkan terjadi dengan lelaki lain. Sayang sekali kamu sudah milik orang lain. Kenapa kita baru dipertemukan sekarang?” Erna berceloteh setengah bergumam. Aku merasa iba, sekaligus juga mengasihani diriku yang tidak mampu berbuat banyak untuk membahagiakannya.
Kugenggam tangannya erat-erat seolah tak ingin terlepaskan. Tanpa terasa, mobilku sudah memasuki pekarangan rumah mode yang ditunjukan Erna. Hampir setengah jam aku menunggu di mobil sambil tiduran, mesin dan pendingin mobilku sengaja tak kumatikan.
Laser disk dengan lagu “Love will lead you back” mengalun sayup menambah suasana sendu yang menyelimuti perasaanku. Aku dikejutkan Erna yang masuk mobil dan membanting pintunya. Setelah berada di jalan raya kutanya dia mau ke mana lagi dan dia menjawab terserahku.
Kuarahkan mobilku kembali ke jembatan Semanggi dan belok kiri ke jalan Jenderal Sudirman dan masuk ke Hotel Sahid. Sementara aku mengurus check-in di Reception Desk, Erna menungguku di lobby hotel. Kemudian kami naik lift menuju kamar hotel di lantai dua.
“Pah, Mamah serahkan segalanya untukmu, Mamah khawatir sebentar lagi Mamah dipingit, nggak boleh keluar sendirian lagi, maklum tradisi kuno kejawen masih ketat.” Tanpa malu-malu lagi karena kami memang sudah seperti suami isteri, dia membuka satu persatu pakaian yang melekat di badannya sehingga kemontokan tubuhnya yang tak bisa kulupakan terlihat jelas di hadapanku.
Tanpa malu-malu pula dia mulai memelorotkan celana panjang sampai celana dalamku, sehingga batang penisku yang masih tiduran terbangun. Tanpa menungguku membuka baju dan kaus singlet, Erna sudah membenamkan batang penisku ke mulutnya dan melumatnya dalam-dalam. Aku mulai merasakan kenikmatan yang luar biasa dan batang penisku mulai mengembang besar dan keras seperti besi.
“Ogghh.. Maahh.., isep terus yaang ooghh, aduuhh.. gelli”, aku mulai melenguh nikmat dan Erna semakin cepat mengulum penisku dengan memaju-mundurkan mulutnya, penisku semakin terasa menegang dan aliran darah terasa panas di batang penisku dan Erna semakin semangat melumat habis batang penisku.
“Ogghh, Paahh, enaakk asiin.. Paahh.” Wah, batang penisku makin terasa senut-senut dan tegang sekali rasanya cairan spermaku sudah berkumpul di ujung kepala penisku yang semakin merah mengkilat dikulum habis Erna. Aku minta Erna menghentikan hisapannya dulu, kalau tidak rasanya spermaku sudah mau muncrat di mulutnya.
“Ooogghh, Maahh, sudah dulu doong, Papaahh moo.. keluaar!” Erna menuruti eranganku dan beranjak rebah dan telentang di tempat tidur. Aku mengambil nafas dalam-dalam untuk menahan muncratnya spermaku. Aku ikut naik ke tempat tidur dan kutenggelamkan mukaku ke tengah selangkangannya yang mulus putih tiada cela tepat di depan kemaluannya yang merekah merah. Kujulurkan lidahku untuk kemudian dengan meliuk-liuk memainkan kelentitnya, turun ke bawah menjilat sekilas lubang pantatnya. Erna melenguh kegelian dan mulai menaik-turunkan pantatnya yang putih dan gempal.
Kutarik ke atas lidahku dan kujilat langit-langit vaginanya yang mulai basah dan terasa manis dan asin. Kutegangkan lidahku agar terasa seperti penis, terus kutekan lebih dalam menyapu langit-langit vagina Erna. Erna semakin memundur-majukan pinggulnya sehingga lidahku menembus lubang vaginanya semakin dalam. Aku sebenarnya ingat bahwa hasil operasi selaput daranya tempo hari di Singapore bisa jebol lagi, tapi aku tak peduli kalau kenikmatan bersenggama dengan Erna telah memuncak ke ubun-ubunku.
“Paahh.. ooghh.. woowww.. ooghh.. paahh, terus paahh.. enaakk.. paahh lidahnya kayaak kontooll..” Goyangan pinggul Erna semakin menggila, aku pun tambah semangat membabi buta memainkan lidah dan mulutku melumat habis vagina dan klitorisnya sampai cairan Erna semakin banyak mengalir. Kuhisap dan kutelan habis cairan vagina Erna yang asin manis itu sehingga lubang vaginanya selalu bersih kemerahan.
Erna terus menyodok-nyodokkan vaginanya ke mukaku sehingga lidahku terbenam semakin dalam di lubang vaginanya, sampai mulai terasa pegal rasanya lidahku terus kutegangkan seperti penis. “Paahh.. sudah naik sayaang, Mamah sudah nggak tahan, masukkan penisnya sayang.” Erna menarik tanganku ke atas supaya aku segera menaikkan badanku di atas badannya.
Penisku memang sudah terasa panas dan tegang sekali. Erna tak sabar memegang penisku dan menuntunnya ke lubang vaginanya yang sudah basah karena lendir kemaluan bercampur ludahku. Maka “bleess”, “Ogghh.. Paahh.. tekan terus sayaang, Mamah udaahh rinduu.. oogghh emmgghh.. Paah.. terus goyaang sayaang.. ooghh..” Pantat Erna mulai bergerak naik turun dengan liar dan penisku sebentar masuk sebentar keluar dari lubang vaginanya yang menyedot-nyedot lagi.
Kunaikkan kaki kanannya dan dengan posisi setengah miring dan posisiku setengan duduk aku sodok vagina Erna dari belakang. Aku semakin bernafsu kalau melihat pantat dan pinggul Erna yang putih. Penisku semakin ganas dan tegang menyodok mantap vaginanya dari belakang.
CeErna Dewasa – Erna membalikkan tubuhnya sehingga menungging membelakangiku dan penisku tak kucabut dari vaginanya. “Paahh.. teruuss doong, Mamaah nikmaa.. ogghh.. teruuss.. sodook sayaang.. ogghh.. Paahh.. aaogghh.. uugghh..” Pantatnya semakin menggila mundur maju dan aku pun semakin menggila menyodokkan penisku sampai rasanya mau patah.
Memang setiap senggama sama Erna rasanya habis-habisan. Kutumpahkan semua kemampuan dan keperkasaanku untuk membahagiakan Ernaku. Dia pun demikian, tidak ada yang tersisakan kalau kami bersenggama. Harus habis-habisan supaya puas. Keringat kami membanjiri sprei hotel seperti habis mandi.
“Mmaahh.. ooghh, teruuss goyaang.. oogghh.. Maahh.. Papaahh moo keluaarr.. gila Maahh.. vaginanyaa.. ooghh.. nikmaat.. sekalii..” Aku mulai ribut dan Erna melenguh semakin panjang. Mungkin tamu kamar sebelah mendengar lengkingan dan lenguhan kami.
Masa bodoh! “Pahh.. emmghh.. oogghh.. Paapaahh.. adduuhh.. Paahh.. adduuhh.. Mamaahh.. mmoo kelluuaarr.. emmgg.. adduhh.. Paahh aduuhh.. Paahh.. adduuhh”, Kugenjot terus penisku keluar masuk, vagina Erna yang semakin banjir dengan cairan vaginanya, terus kugenjot penisku sampai pegel aku tak peduli. Keringat kami terus membanjiri sprei.
Kuminta Erna telentang kembali karena dengkulku mulai lemas. Dia tersenyum sambil tetap memejamkan matanya. Oh, cantiknya bidadariku, rasanya ingin kukeluarkan seluruh isi penisku untuknya. Erna baru sadar bahwa hasil operasi selaput daranya mungkin jebol lagi. Erna bilang masa bodoh, yang penting semuanya telah diberikan buat Papah.
Biar saja suaminya curiga atau marah atau bahkan kalau mau cerai sekalipun kalau tahu dia nggak perawan lagi. Kali ini kami nggak menunggu waktu ketika Erna sedang tidak subur, karena Erna ingin mengandung anakku dan orang tidak akan curiga karena Erna akan punya suami. Memang kasihan nasib suami Erna nanti, tapi bukan salah kami karena dia merebut cinta kami, ya kan?
“Cepat pah masukan lagi ach.. jangan mikirin orang lain!” Tuh kan betapa dia nggak ambil peduli tentang hari pernikahannya dan calon suaminya, sebab bagi dia akulah suami sesungguhnya dalam hati sanubarinya. Bleess.., “Ooogghh.. Paahh, enaak.. Paahh.. aaoogghh.. uuhhgg.. uughh.. genjot terus Paah”, Aku tekan penisku sekuat-kuatnya sampai tembus semuanya ke lubang paling dalam vaginanya sampai terasa mentok.
“Ooogghh.. mmaahh.. nikmaatt.. istrikuu.. sayaangg.. oogghh.. aagghh.. eemmgghh..” aku setengah berdiri lagi dengan tumpuan ke dua dengkulku dan kurenggangkan kedua kaki Erna, kusodokkan terus penisku keluar masuk vaginanya, bleess.. sreett.. blleess.. sreet.., vaginanya menimbulkan suara yang semakin memancing gairah kami berdua. Erna memejamkan dan mengigit-gigit bibirnya dan mencakar-cakar punggung dan tanganku ketika mulai meregang.
“Ooogghh.. Paappaahh.. emmgg.. oogghh.. aduuhh.. Mamaah moo keeluuarr.. ooghh.. Paahh.. teruuss.. saayyaang, keluuaarriinn barreenng oogghh”,
“Hayyoo.. Maahh.. oogghh.. hayoo.. baarr.. ooghh.. reenng.. Maahh.. ooghh”, teriakanku tak kalah serunya.
Kami menggelepar, meregang, mengejang bersama-sama, serasa nafasku mau copot dan Erna melenguh panjang sambil merasakan cairan air maniku tertumpah ruah di lubang kemaluannya, terasa nikmat dan hangat katanya.
Biasanya sehabis merasakan klimaks yang sangat dahsyat Erna selalu memukul dan mencubit sayang badanku, terus kelelahan mau tidur sehingga terbaring lunglai dengan keringat bercucuran. Aku selalu memeluk dan menciumi keningnya, hidungnya, mulutnya, rambutnya sampai ke pantatnya, biasanya dia menggelinjang dan marah-marah karena geli.
Jika Erna sudah terpuaskan dan tertidur, aku rasanya lelaki yang sangat berbahagia di dunia ini.
Tidak ada komentar