Cerita Dewasa Rara Mahasiswi Cantik Masih Perawan
Galaupoker-Yah, kita terlambat deh, Yu.” keluh Luna.”Sudah lewat lima menit nih”, Rara langsung lunglai.
Kuliah pertama hari ini dosennya killer banget, namanya Pak Susanto. Ia benar-benar takut sama Pak Susanto. Namanya saja sudah Susanto, bagaimana senjatanya.
Cerita Dewasa Rara Mahasiswi Cantik Masih Perawan |
Agen Judi Poker Online Terpercaya-Finally, mereka harus bolos kuliah. Itu lebih baik, daripada mereka harus dihukum menyalin tugas statistik tujuh kali.
“Ya udah deh, aku mandi dulu. Kau juga Lun, nanti masuk angin” kata Rara sambil segera masuk ke kamarnya dengan lemas.
Luna benar-benar merasa bersalah. Seharusnya ia tak terlalu lama memilih-milih bra tadi, tapi Luna memang paling senang pilih-pilih underwear. Bisa dikategorikan bahwa Luna seorang kolektor underwear. Akibatnya mereka harus mengejar waktu menembus hujan yang cukup deras, tapi nyatanya tetap harus terlambat. Untuk menebus kesalahannya itu Luna memasakkan mie goreng untuk Rara. Rara gemar banget sama mie goreng, dan itu merupakan senjatanya untuk meminta maaf kepada Rara.
Luna tak peduli kedinginan. Tanpa harus mandi dulu, ia sudah menggorengkan mie untuk Rara. Lalu Luna segera membawa mie goreng “made in” dirinya ke kamar Rara. Rara kaget ketika Luna tiba-tiba masuk ke kamarnya begitu saja. Pasalnya Rara belum selesai memakai bajunya. Ia masih bertelanjang dada. Untung bagian paling sensitifnya sudah ‘diamankan’ sebelum Luna masuk tadi.
Luna juga tak kalah kagetnya. Ia sampai terbengong-bengong memandangi pemandangan indah yang terhampar di depan matanya. Kedua bukit kembar Rara membusung di depannya. Sekal membulat sedikit berlebihan untuk tubuhnya yang agak kurus. Kedua bola mata Luna yang bening nanar memandangi kedua daging kecil coklat kemerah-merahan yang bertengger di kedua ujung bukit kembar itu. Darah Luna bagai disiram air hujan, dingin menggigil. Ia terbayang beberapa adegan blue film yang pernah ditontonnya.
Situs Judi Poker Online Terpercaya-Hujan semakin deras di luar. Petir mengelegar memekakkan telinga. Luna tersentak mendengarnya.
“Ah, maaf Yu. Aku tak sengaja. Ini mie goreng untukmu. Makanlah selagi hangat,” kata Luna sedikit gugup.
Diletakkannya sepiring mie goreng itu di meja rias. Luna segera berbalik hendak pergi tapi urung karena Rara memanggilnya.
“Lun, aku masuk angin. Kamu mau kerokin kan aku?” pinta Rara.
Mulanya Luna ingin menolak. Dia takut birahinya muncul dan salah tempat karena Rara dan Luna sejenis. Tapi melihat wajah memelas Rara, perasaan bersalah Luna kembali muncul. Bagaimanapun juga Luna yang menyebabkan Rara jadi masuk angin. Akhirnya Lunapun bersedia menuruti permintaan Rara.
“Sebentar aku ambilkan balsemnya,” ujar Luna segera keluar kamar Rara.
Tapi ternyata Rara menyusul Luna. Rara berfikir di kamar Luna juga tidak apa-apa, sama saja. Maka dengan hanya mengenakan CD-nya Rara masuk ke kamar Luna. Tentu saja Rara tidak perlu khawatir karena mereka hanya berdua di rumah itu saat ini.
“Disini saja, Liun.” kata Rara membuat Luna terkejut tak menyangka Rara akan menyusul ke kamarnya.
Rara menelungkupkan badannya diatas ranjang. Kemudian Luna duduk di tepi ranjang untuk mulai mengerokin kulit punggung Rara. Tapi niat itu urung dengan tiba-tiba. Jemari Luna menyentuh kulit punggung Rara sekilas. Kulit punggung Rara halus sekali.
Punggung Rara yang agak kecoklat-coklatan nampak belang di bagian yang biasa tertutup tali bra. Tanpa sadar Luna menyentuhkan jari telunjuknya menyusuri bagian punggung Rara yang belang itu. Dari punggung atas teruuss menyamping. Rara yang merasa kegelian membalikkan badan. Pada saat itulah tanpa sengaja jari telunjuk Luna menyentuh pRaradara kiri Rara.
“Kenapa, Lun?” tanya Rara sedikit mengatupkan mata menahan rasa merinding di tubuhnya.
“Kulitmu halus sekali.”ujar Luna dengan nafas tersendat.
Mata Luna kembali tertuju pada bukit kembar yang terpampang di depannya.
“Milikmu besar sekali.” lanjut Luna.
“Kamu sudah pernah ML (make love) ya?”
“Siapa bilang? Ini keturunan.”, jawab Rara sambil sedikit mengangkat bukit kirinya ke atas, bagaikan menantang setiap tangan untuk memegangnya.
Bandar Judi Poker Online Terpercaya-Birahi Luna yang mulai terbakar dan imbas dari kehujanan tadi membuat Luna menggigil. Kemudian dilepaskannya kaosnya yang sudah agak kering. Tersembulah dua bukit kembar Luna yang masih terbalut kain bra. Dua bukit yang sebenarnya agak kecil itu terlihat lebih besar dari ukuran sebenarnya karena menegang menahan birahi Luna yang mulai meluap. Entah mengapa Rara menjadi senang ketika Luna melepas kaosnya.
“Milikmu juga besar Lun.” kata Rara.
Luna memandangi kedua bukit yang masih tertutup kain itu
“Coba aku buka ya” pinta Rara.
Rara menempelkan tubuhnya ke tubuh Luna untuk membuka pengait bra di punggung Luna sehingga Luna mudah untuk melepaskannya. Mata Rara berbinar-binar memandangi dua bukit kembar ukuran 32 milik Luna itu. Walau sedikit lebih kecil dari miliknya, tapi milik Luna itu nampak lebih ranum. Tentu saja itu karena birahi Luna yang mulai bergolak. Tiba-tiba Luna melepaskan klok yang dipakainya. Sesekali gerakannya tersendat. Kini mereka berdua sama. Hanya memakai CD tanpa penutup lain.
“Yuu.. aku rasanya mau..” suara Luna mendesah
“Mau apa?” tanya Rara dengan tatapan menggoda.
“Aku tak bisa menahannya Yu..” suara Luna makin mendesah.
Tahulah kini Rara apa yang diinginkan Luna. Ia segera menarik tuduh Luna merebah. Kemudian dirabanya dada Luna perlahan dan lembut. Diresapinya kehalusan kulit Luna senti demi senti. Disentil-sentilnya puting pRaradara Luna setiap kali jemari Rara menyentuhnya. Dada Rara bergemuruh, nafasnya naik turun. Sedang Luna tersengal-sengal menikmati setiap sentuhan Rara.
“Yu.. ooh.. dinginn..”
“Lun.. kamu menggairahkan banget.. aku.. juga mau..”
Rara mulai gelap mata. Kini ditindihnya tubuh Luna. Bibir Rara menyentuh bibir Luna. Dilumatnya bibir bawah Luna dengan rakus, dihisap dan digigit-gigit kecil. Dipermainkannya lidah Luna dengan lidahnya hingga membuat Luna berkerjap-kerjap. Bukit kembar mereka saling menghimpit. Keduanya nampak seperti kembar siam saja, saling menempel dan melumat. Luna menggesek-gesekkan kemaluannya pada kemaluan Rara berirama. Sedangkan kedua tangannya telah meremas-remas kedua bokong Rara yang semok dan sekal. Nafas keduanya semakin memburu menikmati apa yang belum pernah sekalipun mereka rasakan.
“Ahgh.. Yu.. enak.. teruus aahh” rintih Luna di sela-sela cumbuan Rara.
Bibir Rara turun menjilati leher Luna yang jenjang dan memberikan gigitan-gigitan kecil sehingga nampak noda merah di beberapa tempat di leher Luna. Gejolak birahi Luna yang telah bergolak bagai tak bisa dibendung menyambar-nyambar bagai kilat di sore itu. Dibalikkannya tubuh Rara sekuat tenaga.
Kini posisi mereka berbalik. Luna yang berbadan lebih besar menghimpit tubuh Rara. Tanpa banyak pikir diremasnya bukit kembar Rara bergantian. Makin lama semakin keras. Rara meringis menahan sakit. Lalu Luna memasukkan puting merah kecoklat-coklatan itu ke dalam mulutnya. Di dalam mulutnya Luna meniup dan menghisap daging kecil itu. Dijilatinya beberapa bagian yang bisa digapai oleh lidahnya. Kemudian digigit-gigitnya gemas daging yang sudah sangat keras itu.
“Achh..” teriak Rara kesakitan.
Rara membenamkan kepala Luna ke dadanya yang semakin dibusungkan. Rara benar-benar melayang. Manakala jemari Luna mulai meraba-raba isi dibalik CD-nya. CD itu telah basah bermandikan lendir yang berasal dari lubang vagina Rara. Luna meraba-rabanya. Tangannya kini telah menelusuri setiap lekuk bukit belah yang berumput basah itu. Disentilnya sesekali ketika cemarinya menyentuh daging kecil yang tersembul di antara belahannya.
“Ehh.. nikmat sekali Lun.. teruss lakukan teruss.. ehh” Rara mengerang kenikmatan.
Luna tak banyak bicara. Ia hanya mendengus-dengus memburu sambil terus mengulum puting susu Rara. Ditekannya vagina Rara dengan telapak tangannya. Tersembur cairan kental dari lubang vagina Rara yang kini menempel di tangannya. Luna menghentikan kulumannya. Dilihatnya telapak tangannya yang basah oleh cairan dari lubang vagina Rara itu. Dijilatnya cairan itu. Tak berasa.
“Kenapa berhenti, Din?” kata Rara kesal.
“Ikuti petunjukku Rara,” pinta Luna.
Luna segera melepas CDnya. Kini ia dalam keadaan telanjang bulat. Tak selembar kainpun membalut tubuhnya. Dilemparkannya CD yang telah basah itu entah kemana. Kemudian dilepasnya pula CD milik Rara. Rara membantu dengan meregangkan selangkangannya. Kini mereka telah sama-sama polos seperti bayi.
Luna kini berganti posisi tidur. Tubuhnya masih tetap menindih tubuh Rara. Tapi mukanya kini sudah berada di atas selakang Rara. Dan wajah Rarapun sudah berada di bawah selakang Luna. Luna memulainya dengan menciumi vagina Rara. Kemudian lidahnya mulai bermain-main di rerumputan yang telah basah itu.
Rara bagai diperintah mengikuti semua yang dilakukan Luna. Disapunya semua bagian vagina Luna yang ditumbuhi bulu-bulu yang agak jarang. Dijilat-jilatnya klitoris Luna lalu dihisapnya agak kuat. Luna mendesis-desis kegelian. Lalu dilakukannya hal serupa pada vagina Rara membuat Rara bergelinjangan. Ditekan-tekannya kembali vagina Rara dengan telapak tanggannya. Suur.. cairan kental itu kembali keluar. Dijilatinya dinding vagina Rara sehingga membuat Rara semakin terlena.
Tiba-tiba Luna melihat lubang berwarna coklat kemerah- merahan yang agak terkatup. Dijilat-jilatnya lubang itu, Rara bergelinjangan. Luna terus menjilatinya sambil mengingat-ingat salah satu blue film yang pernah ditontonnya. Mungkin lubang inilah yang dimaksud. Lubang yang selalu disodok oleh penis kalau ingin mendapatkan kepuasan tertinggi. Mata Luna berbinar-binar. Ia berguling ke samping, lalu membisikkan sesuatu ke telinga Rara.
“Aku akan membawamu terbang, Yuu..”
Rara mengangguk pasrah. Yang terpenting baginya adalah menikmati permainan Luna selanjutnya. Luna meraih sebatang wortel dari rak sRarar di bawah meja. Kemudian ditekuknya siku kaki Rara dengan posisi agak mengangkang sehingga kepala Luna mudah mencumbu kembali bagian terpeka Rara itu. Dengan perlahan ditusukkannya ujung wortel itu ke dalam lubang kemaluan Rara. Rara merintih-rintih kesakitan. Vaginanya terasa panas dan nyeri. Tapi Luna terus mendorongnya ke dalam.
“Aaahh..” Rara menjerit badannya terduduk seketika.
Matanya liar memandangi benda apakah gerangan yang telah membuatnya merasa kesakitan. Darah segar menyembur, keperawanan Rara telah amblas. Luna menarik keluar batang wortel itu, tapi belum sampai keluar sepenuhnya, sudah dimasukkan kembali. Mata Luna mengerjap-ngerjap. Sedang Rara memandangi batang wortel yang keluar-masuk lubang keperawanannya dengan nafas menghentak-hentak. Ada rasa nikmat di antara rasa nyeri di lubang kewanitaannya.
Kemudian direbutnya batang wortel itu dari tangan Luna. Dimasukkannya ujung wortel itu lebih dalam dengan tangganya sediri. Matanya terpejam menikmati kenikmatan yang luar biasa. Luna yang merasa kelelahan tergeletak bersimbah keringat.
Hatinya bergemuruh mengenang yang barusan terjadi. Ada apa dengannya? Apakah dia sudah menjadi seorang lesbi? Ah, tidak! Ia masih normal! Hati Luna berontak. Ia segera berlari keluar kamar sebelum Rara kembali memburunya dengan batang wortel yang masih bersimbah darah keperawanan Rara.
Tidak ada komentar